Love Story - part 1
Seorang pria mendesis kesal mendengar ungkapan
cinta sepasang kekasih di depannya yang berlebihan. Ia terlihat geli dan sedikit
iri pada sepasang kekasih itu. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh taman yang
sedang ia kunjungi. Semuanya berpasangan kecuali dirinya. Cepat-cepat pria
remaja ini bangkit dan berjalan pergi. Pria ini pergi ke kafe dekat taman ia
berada tadi. Setelah mendapat tempat duduk, ia memesan kopi dan strawberry cake. Di hadapannya ia
melihat sepasang kekasih (lagi) yang sedang berdebat kecil. Melihatnya ia jadi
teringat sesuatu.
___
1 tahun lalu. Di sekolah..
“Albert! Tunggu sebentar!”
Albert berhenti berjalan> Ia menengok ke belakang> Tatapannya
begitu dingin dan itu sudah biasa untuk seorang gadis yang memanggilnya tadi.
Vira – gadis tadi membenarkan letak kacamatanya dengan nafas tersengal.
“Aku membuatkan kue cokelat untukmu.” Vira tersenyum sambil memberikan
sebuah box yang berukuruan cukup besar. Albert mengernyitkan keningnya “Untuk
apa kue ini? Aku tidak mau. Tarik kembali kuemu itu.”
“Sekarang hari valentine. Aku ingin memberikan sesuatu pada orang yang
kusukai.” Albert memejamkan matanya, menghembuskan nafasnya dengan kasar dan
menatap tajam Vira. “Aku tidak sudi menerimanya dan aku tidak menyukaimu.”
“Kumohon kau terima kue dariku hanya untuk menghargai jerih payahku.
Aku tidak masalah jika kau tidak menyukaiku. “
“Jika kuterima, kue itu sudah menjadi hakku kan?” Vira mengangguk
bersemangat. Albert tersenyum sinis. Diambilnya box kue itu, lalu berjalan menuju
tong sampah dan membuang box kue itu. Vira terdiam menyaksikanya dengan tatapan
shock.
“Apa? Kalau itu sudah hakku terserah kan mau aku apakan?” kata Albert
dengan senyum sinisnya sambil pergi meninggalkan Vira. “Albert! Selamat hari
valentine! Aku buat kue stroberi lho! Ini untukmu karena aku tahu kau tidak
menyukai cokelat”
Vira masih dapat melihat ada seorang gadis yang juga memberikan box
kecil kepada Albert. Albert tersenyum ramah dan menerimanya tidak seperti Vira
tadi. Vira tersenyum kecut dan berbalik.
___
Pria itu tersadar dari lamunannya karena mendengar
seseorang menangis. Ternyata sepasang kekasih yang berdebat tadi dan si wanita
menangis. Kakekasihnya terus meinta maaf dan menenangnkan wanitanya. Lagi –
lagi pria ini teringat dengan masa lalunya.
___
8 bulan lalu. Di kelas.
“Kau tidak bosan apa mengganguku terus?” Albert
menaikkan nada suaranya. Sekarang di kelasnya sudah sepi dan hanya tersisa
Albert dan Vira. “Aku tidak berniat menggangumu. Aku hanya ingin memberimu
hadiah karena hari ini kau berulang tahun.”
“Hadiah yang seperti ini??” tanya Albert dengan remeh sembari
menunjukkan syal abu-abu buatan Vira sendiri. “Murahan! Aku tidak butuh hadiah
seperti ini!”
Lagi – lagi Vira tersakiti oleh ucapan Albert. Walau terus disakiti
oleh kata – kata dan tindakan Albert, entah kenapa VIra tak bisa menghilangkan
rasa sukanya. “Albert.. Mengapa kau begitu membenciku?” tanya Vira sambil
menunduk. “Hah? Kau bertanya?? Pergilah ke kamar dan mengacalah. Kau hanya seorang
kutu buku berkacamata yang selalu menguncir satu rambutmu. Tidak ada modis –
modisnya seperti gadis remaja kebanyakan. Kau terlalu rendah untukku!”
Vina
tertohok. Kali ini perkataan Albert benar – benar menyakiti hatinya dengan
membawa – bawa kondisi fisiknya. Apa ini orang yang sangat ia sukai? Hanya
memandang orang dari segi fisik?
“Pergi dari sini dan bawa benda aneh ini! Kuharap
setelah ini kau berhenti mengganguku!” Hati Vira terasa runtuh. Tanpa sadar ia
menangis di depan Albert. VIra langsung mengambil syal itu dan cepat – cepat pergi
sambil menangis sesenggukan. Albert terdiam. Ini pertama kali abginya ia
melihat Vira menangis. Biasanya sejahat apapun ia berkata pada Vira, Vira tidak
menangis seperti itu. Apa Albert berkata terlalu jahat? Ada rasa bersalah pada
dirinya tapi segera ia tepis dan berlaku masa bodoh.
___
Semenjak
kejadian itu, Vira tidak lagi datang kepada Albert hanya sekedar untuk menyapa
atu memberikan bekal buatannya seperti biasa. Albert bahkan juga tidak pernah
melihat Vira sebulan ini karena mereka tidak sekelas. Albert berada di kelas 11
– IPS – 1 sedangkan Vira di kelas 11 – IPA – 3. Albert benar –benar merasa aneh
dengan dirinya yang seharusnya senang karena tidak lagi diganggu oleh orang
yang Ia benci, tapi ini berbanding terbalik. Ia malah merasa kesepian. Walaupun
ia jadih lebih leluasa dan tidak terkena ejekan dari teman – temannya karena
Vira datang menemuinya, tetapi tetap saja ini terasa mengganjal di hatinya.
“Al..”
Albert yang melamun tadi jadi cukup terkejut dengan panggilan temannya.
“Kurasa kau harus melihat Vira sesekali.”
“Siapa yang mau melihatnya? Sudah bagus aku tidak
diganggu olehnya.”
“Jangan gengsi, dasar bodoh! Sejak Vira tidak
mengunjungimu, kau terlihat lebih uring – uringan dan mudah melamun. Sekaligus
temani aku untuk bertemu Jo di kelas Vira.”
Albert yang ingin membantah tidak jadi, lantaran
temannya sudah menarik tangannya terlebih dahulu menuju kelas jurusan IPA.
Letak kelas IPA dan kelas IPS dibedakan, dan Albert memang sudah 1 bulan ini
tidak pernah melihat Vira. “Kenapa kau selalu memaksa seenak jidatku?!” omel
Albert. “Jangan kepedean dulu. Aku ingin ditemani untuk menemui Jo, tapi
mumpung dia sekelas dengan Vira bukankah itu kesempatan bagus juga untukmu?”
“Sudah kubilang aku – “
Bersambung
Created by : Steafani Trismulia
Edited by : Bonifasia Septiana P.
Comments
Post a Comment