Arti Sebuah Pengorbanan

              Hari ini adalah hari yang spesial bagi Indonesia dimana tepat pada hari ini Indonesia berulang tahun kemerdekaan yang ke-71. Seperti Hari Kemerdekaan pada setiap tahunnya SMAN 10 Balitubang merayakan dengan mengadakan upacara bendera di lapangan sekolah. Hangatnya mentari dan rasa bahagia meliputi seluruh guru, karyawan, dan siswa-siswi di SMAN 10 Balitubang, namun semua berubah ketika Pak Reza, sang Kepala Sekolah melihat Derian si biang onar SMAN 10 Balitubang datang ke sekolah dengan muka yang memar.

              “Derian! Setelah upacara bendera selesai saya tunggu di ruangan saya!” kata Pak Reza pada Derian. “Baik, pak” kata Derian sambil menunduk. Tak jauh dari situ ada sekelompok siswi terpopuler di SMA itu, “Hey! Lihat Derian, muka boleh ganteng tapi.. uh.. engga banget deh sikapnya” Bisik Maulia kepada kedua temannya. “Iya ih, ku kira awalnya dia cool, introvert, menarik banget.. ternyata cuma anak yang gak ada kece-kecenya deh, ya kan guys?” timpal Amelia. “eh..eh.. udah deh lihat tuh si anak ‘BP’ udah ngeliatin kita tuh!” jawab Dinda. Derian lewat di hadapan mereka, ia berusaha untuk tetap menahan dirinya agar tidak terpancing emosi oleh mereka.

            Seusai upacara bendera, Derian segera mendatangi ruang kepala sekolah. Tok..tok..tok.. Derian mengetuk pintu ruangan kepala sekolah. “Ya, silahkan masuk.” Terdengar suara Pak Reza dari dalam ruangan. “Silahkan duduk,” kata Pak Reza. “Jadi, kenapa kamu datang terlambat dan dengan keadaan muka yang memar?” Tanya Pak Reza. Derian hanya dapat menunduk sambil menggelengkan kepalanya. “Saya Tanya sekali lagi, mengapa kamu datang terlambat dengan muka yang memar?” Tanya Pak Reza dengan nada yang sudah mulai meninggi, namun Derian tak kunjung mau menjawab, “Derian, maafkan saya karena saya akan memberikan surat peringatan pertama kepadamu atas permasalah pertengkaran fisik dan sebagai sanksinya kamu akan saya skors selama seminggu untuk tidak bersekolah.”

            Derian pulang dengan lunglai, perasaan sedih dan kecewa tersirat di wajahnya. Saat malam tiba di kediaman Pak Reza, “Yah, tadi aku hampir saja kemalingan” kata Davi anak semata wayang Pak Reza. “Ya ampun.. bagaimana dengan keadaanmu? Apakah kamu terluka? Siapakah yang menolongmu? Ayah harus berterima kasih kepadanya.” Kata Pak Reza. “Kak Derian,yah! Kak Derian yang rela menjagaku selama ini, setiap kali aku hampir terkena musibah entah mengapa selalu ada Kak Derian yang menolongku, sampai-sampai ia terluka dan memar tadi saat menolongku.” Jawab Davi. “Apa katamu? Derian? Siswa SMA tempat ayah bekerja? Bahkan selama ini seluruh warga sekolah menganggap dia hanyalah pembuat onar di sekolah kami. Kami telah bersalah sangka kepada Derian, nak, maukah kamu menemani ayah untuk meminta maaf ke rumah Derian malam ini?” kata Pak Reza, “Iya, ayah! Tentu saja aku mau."

            Tok..tok.. Pak Reza mengetuk pintu rumah Derian, “Malam pak, silahkan masuk,” Sambut Derian. “Derian, Davi telah menceritakan semua kepada saya tentang kejadian selama ini yang menimpamu, maafkan saya yang telah berburuk sangka kepadamu, maukah kamu kembali bersekolah lagi semua sanksi dan surat peringatan yang sudah saya beri akan saya cabut, maafkan kelalaian saya” kata Pak Reza. Akhirnya Derian kembali bersekolah di SMAN 10 Balitubang sebagai layaknya siswa pada umumnya dan Pak Reza memberikan Apresiasi sebagai ‘Siswa Teladan’ kepada Derian dan teman-temannya kini sudah tidak lagi memandang buruk Derian.

Created by: Maria Zefanya

Comments

Popular posts from this blog

Dance adalah Hidupku

Basketball Never Stop!

Ada Melodi di Balik Kesunyian